Makalah Gramatika Deskriptif (An Nahwu Al Washfy)
Selasa, 09 April 2019
Add Comment
Makalah Gramatika Deskriptif (An Nahwu Al Washfy)
A.
Morfologi
1-
((Gambaran lafazh)) meliputi dua elemen dasar:
elemen pertama yaitu ((makna)) atau ((makna-makna)), (yaitu hakikat yang
diketahui atau ((yang digambarkan))); contoh elemen ini seperti dalam ucapan
kita ((pohon itu berbunga)) pengumpamaan pada hakikatnya ((pohon)) dan dalam
hakikatnya adalah ((berbunga)); Elemen ini dalam bahas Inggris disebut dengan
istilah semanteme[1]; Adapun
elemen yang kedua yaitu ((hubungan)) atau ((hubungan-hubungan)) yang membangun
pengetahuan-pengetahuan (atau makna-makna), elemen ini dalam istilah
linguistik disebut morfem[2]. Teori
tentang ((morfem-morfem)) dinamakan dengan ((morfologi)); Istilah ini diambil
dari kata berbahasa Yunani morphé yang berarti ((bentuk)) (atau gambar))
– dalam bahasa Inggris form).
1.
Elemen ((morfem))
dalam kalimat ((pohon yang berbunga)) diumpamakan dalam hubungan-hubungan
antara ((pohon)) dan ((berbunga)). Maka, berbunga disandarkan pada pohon)),
kata berbunga disandarkan pada pohon dengan cara penetapan (penyandaran ini
dengan cara yang dalam bahasa Arab direalisasikan dengan banyak bentuk kata:
((pohon yang tidak berbunga)); ((pohon yang tak berbunga)); ((bukan pohon yang
berbunga)); ((bukan pohon dengan bunga)); ((pohon yang tidak berbunga));
((tidak ada pohon dengan bunga))… dan sebagainya). Kata berbunga diidlaafatkan
pada yang disandari ketika berbicara (dan sandaran ini ada pada masa
bukan pada ssat sedang berbicara, seperti masa yang telah lampau, contoh dalam
ucapan kita: ((pohon itu telah berbunga)) dan ((pohon telah berbunga [pada
tahun yang lalu])); atau seperti masa yang akan datang, seperti dalam ucapan
kita: ((pohon itu akan berbunga –dalam waktu dekat-)) atau ((pohon itu akan
berbunga –dalam waktu jauh-))) lalu, jika kata berbunga disandarkan dalam
bentuk kata ((tunggal)) (dan kata yang disandari dalam kata berbahasa
Arab dalam bentuk tatsniyah, dan dalam bentuk jamak, seperti dalam
ucapan kita: dua pohon yang berbunga, dan ((pohon-pohon yang berbunga)) [atau
((berbunga –berbentuk tunggal-)); dan kata ((berbunga)) disandarkan pada kata
((pohon-pohon)) yang tidak ((berbunga)) disandarkan pada kata ((pohon)), karena
pohon pada bentuk yang pertama meliputi makna jamak dan sama dengan ((berbunga
–jamak-)), baik dalam bentuk kedua, yaitu ((tunggal))]), dan itu berupa kata
berbentuk ((tatsniyah)) (dan penyandaran ini sebagaimana disebutkan
dalam ucapan kita: ((pohon itu berbunga))); penyandaran ini pun merupakan khabar
taqriry (dan pemahaman ini: ((apakah pohon itu berbunga?)), dan ((apakah
pohon itu berbunga?)) dan ((pohon itu berbunga?)) dan dalam bentuk tamanny
((ingin sekali pohon itu berbunga)) … dan sebagainya).
Eleman
yang pertama sebagiaman telah diisyaratkan kita, elemen ((makna)), ((hakikat))
atau ((gambaran)), biasanya ini dipelajari dengan nama ((kosakata)) atau ((ad
dilaalah)) (lihat bab keempat: ilmu makna); adapun elemen kedua yaitu
elemen ((morfem-morfem)), itu merupakan bagian dari pandangan nahwu, ini
dipelajari dengan nama ((morfologi)).
Les grands arbers du bois ont été abbattus
par le bûcheron.
Dalam kalimat ini ada
empat elemen ((leksikal)) ditentukan dalam ungkapan berdaasarkan
pikiran-pikiran tertentu, yaitu: bucheron, ababttre, arbre, grand ; akan
tetapi, makna-makna ini dijelaskan dalam ungkapan-ungkapan tertentu dengan
hubungan-hubungan tertentu, pertama, jamak dari Led grands) (arber
dalam bentuk tunggal (le grand arbre; dan yang kedua berbentuk mabnii
majhuul ont etc) (abbatus dalam bentuk mabnii ma’luum (ont
abattus) dan kata kerjanya menunjukkan masa lampau dalam menghadapi masa
sekarang (sont abattus) atau masa yang akan datang (seront abattus).
Dengan demikian, kita membicarakan tentang ((pembagian-pembagian)) ((menurut
ilmu nahwu))[4]
khususnya tentang ((bilangan)), ((kata kerja aktif)) atau ((kata kerja pasif))
dan waktu. Dan inilah ((makna-makna)) yang akan diungkapkan secara
((morfemis)): makaLes yang merupakan bentuk jamak dari kata tunggal le,
dan kata sambung Z – dalam grands arbres ketika menghadapi –t –
dengan bentuk tunggalnya grand arbre.
3.
Lalu,
((morfem-morfem)) yang diambil kemudian diungkapkan dengan cara yang
lain dari makna-makna: sesungguhnya morfem-morfem yang diambil untuk
diungkapkan berdasarkan hubungan-hubungan antara elemen-elemen ungkapan, maka
kata Par merupakan alat yang menunjukkan kata kerja pasif; dan par
yang menghadapi a, de, devant dan avec dan sebagainya.
2-
Pembagian
Morfem
Pertama,
yaitu
yang paling banyak ialah ((morfem)) unsur fonetik; dan unsur fonetik ini
terkadang ada yang berupa 1 fonetis, terpotong-potong atau saling memotong.
Kedua,
morfem itu terdiri dari kebiasaan unsur fonetik yang diungkapkan dari ((makna))
atau ((deskripsi))); atau dari susunan kebiasaan tersebut.
Bagian
yang ketiga dari ((morfem)) yaitu tempat dalam kalimat
setiap unsur dari unsur-unsur yang menunjukkan pada makna.
Dan, inilah
definisi ketiga unsur tadi.
1.
Morfem
Unsur Fonetik
Kita tahu dari
perkataan kita ((telah memukul)), ((saya memukul)), ((dia memukul)), ((mereka
memukul)), ((pukullah [laki-laki])), pukullah [perempuan])), ((orang yang
memukul [laki-laki])), ((orang yang memukul [perempuan])), ((mereka orang yang
memukul)), ((pukulan-pukulan)) (atau perempuan-perempuan yang memukul) dan
sebagainya.
Dari semua
kata-kata ini kita mengetahui bahwa ada
makna yang menyambung dari makna ‘pukulan’ fi`matan, yaitu unsur yang
bersamaan antara kata-kata tersebut yaitu huruf ض,
ر, ب.
Tetapi kita menemukan kelebihan unsur-unsur fonetik yang terbatas dari bilangan
ini, karena adanya kata kerja atau kata benda. Pembatasan itu pun karena
dipisahkan oleh jenis gramatikal (yang menunjukkan laki-laki atau perempuan),
bilangan (tunggal, menunjukkan pada dua orang atau jamak) dan subjek (orang
pertama, orang kedua dan orang ketiga).
Unsur-unsur fonetik
((morfem-morfem)) ini. ((morfem)) yang membatasi bahwa ((dia –perempuan- telah
memukul)) merupakan kata kerja yang disandarkan pada kata tunggal orang ketiga
yaitu unsur fonetiknya ((ت)). Dalam kata ((dia –laki-laki- memukul))
merupakan morfem, unsur fonetiknya ((ي))
(dan kata tersebut ((telah dijelaskan sebelumnya))[6]
membatasi bahwa kata kerjanya disandarkan pada kata tunggal orang ketiga (dalam
menghadapi ((engkau memukul)), ((saya memukul)) dan ((dia memukul
–perempuan-))).
Kata ((mereka
–laki-laki- memukul)) telah membatasi bahwa kalimat tersebut menunjukkan bahwa
pukulan tersebut dilakukan pada saat ini dari orang laki-laki yang secara
bersama-sama ((…ون)) [uun] (dan itu ((laa hiqqah))[7])
makna-makna ini secara bersama-sama dengan ((yang telah dijelaskan sebelumny))
((ي)), seperti halnya tetapnya nun morfem dal
atas hubungan kata kerja ini dari sebagian kata-kata dalam kalimat yang
mengandung kata tersebut.
Kata ((pukullah))
dengan kasrah huruf hamzahnya didalamnya mengandung morfem fonetik yang
menunjukkan bahwa dia akan menyukunkan baa` dan mengharakati raa`, bahwa kata
tersebut merupakan kata perintah untuk orang kedua tunggal laki-laki, dalam
menghadapi kata ((pukullah –perempuan-)) yang membedakan antara unsur morfemis
baru yaitu yaa` di ujung kata yang telah
membatasi bahwa perintah disini adalah kepada orang kedua perempuan tunggal.
Kata-kata tersebut,
semuanya ((merupakan kata kerja)); dan terdiri dari materi yang satu yaitu ((ض ر ب, yang dibatasi oleh ((hubungan-hubungan))
atau ((morfem-morfem)) tertentu di dalamnya, yaitu ((kata-kata benda)). Maka
kata ((orang yang memukul –ضارب-)) membatasi kata bendanya dengan alif di
tengah kata dan kasrah raa` ((serta tanwin));alif yang berada di tengah
merupakan unsur fonetik penambah dalam hasywi suatu kata (dalam
menghadapi frase-frase yang ada pada awal kata, maka kita mendahulukannya dan
menyebutnya ((kata-kata benda yang didahulukan)), dan yang ada pada akhir kata,
kita menyebutnya ((lawaahiq))): lalu, ((tanwin)) adalah unsur fonetik
dari satu fonetik yang ada pada akhir kata (نً)
morfem yang menunjukkan bahwa kata tersebut bersifat ((umum)), dalam menghadapi
kata ((orang yang memukul –الضارب-))
yang menunjukkan pada bentuk ((khusus)) dengan adanya pemisah di awal kata (الْ)
yang dalam hal ini dimasukkan ke dalam huruf dlaad, maka jadilah (اَضَّ),
dan kata bendanya tidak bertanwin.
Kemudian,
((perempuan yang memukul –ضاربة-)) dari kata ((laki-laki yang memukul –ضارب-))
bahwa kata yang pertama memiliki dua ciri ((morfem)) yang membatas bahwa
jenisnya menunjukkan perempuan; kedua ciri ini yiatu difathahkannya
huruf ب dan kata ganti ((تن))
(ة) yaitu ((laahiqah((.
Kemudian, kata
((laki-laki yang memukul –ضارب-)) dan ((perempuan yang memukul –ضاربة-))
yang berbentuk tunggal dan menghadapi kalimat ((dua orang laki-laki yang
memukul –ضاربان-)) dan ((dua orang perempuan yang memukul
–ضاربتان-)) dengan tambahan ((ان))
di akhir kata dan ((تان)) (serta difathahkan baa`)
menunjukkan pada dua orang laki-laki dan perempuan, sebagaimana menghadapi
kalimat ini, kata ((mereka laki-laki yang memukul –ضاربون-))
dan ((mereka peempuan yang memukul –ضاربات-))
(atau ((ضوارب))) dengan tambahan ((ون))
dan didlammahkan baa` di awal kata; dan dengan tambahan ((ات))
dan difathahkan baa` pada kata yang kedua, atau dengan memasukkan ((وا)),
fathah dlaad dan kasrah raa` (dalam kata ((ضوارب))).
Dari contoh-contoh
ini kita melihat bahwa dari morfem-morfem ketika menjadi ((frase))[8] yang
bertemu dengan kata ((yang disebutkan sebelumnya)) ada yang menjadi ((laahiqah))
ada juga yang menjadi ((hasywan))[9].
Dalam contoh sebelumnya, ada yang merupakan bagian dari kata dan ada juga kata mustaqillah
seperti kataganti ((هما dalam ucapan kita ((هما قالنا)).
Terkadang
((morfem)) berubah, yaitu dalam unsur fonetik. Maka kata ((ليس))
dalam ucapan kita ((ليس محمد فى الدار)) terdapat unsur fonetik yang merupakan
kata mustaqillah; ia merupakan morfem yang menunjukkan pada nafi
di masa lampau. Ia pun berubah, maka kita mengucapkan: ((ليست
فاطمة فى الدار)), ((ليست
فى الدار)), ((لستَ...)),
((لستِ...)), ((ليسا
فى الدار)), ((ليستا
فى الدار)), ((لستما...)),
((ليسوا...)), ((لسن...)),
((لستم...)) dan ((((لستن
في ...
Ini merupakan
keadaan yang mengandung كان dan akhwatnya:
itu merupakan morfem dari kata mustaqillah dan berubah-ubah.
Dan yang dalam
bahasa Arab disebut dengan ((أفعال الشروع))
seperti kata ((شرع)) dan ((أخذ)),
itu semua adalah morfem, maka jika kita mengucapkan ((أخذ محمد
يبكي)), maka ((أخذ)) tidak hanya dimaksudkan sebagai makna
membawa, dan yang tidah hanga bermaksud ((يبكي))
‘menangis’, namun ((أخذ يبكي)) karena keduanya merupakan satu kata
kerja yang menunjukkan pada keadaan menangis dan setiap dua kata kerja yang
berubah salahsatunya, maka kedua kata kerja tersebut dipisahkan dengan satu
kata atau leih yang tidak terpisah; dikatakan ((aku menangis)), ((kami
menangis)), menunjukkan pada orang pertama tunggal serta orang pertama jamak;
((engkau laki-laki menangis)), ((engkau perempuan menangis)), ((engkau berdua
laki-laki menangis)), ((engkau perempuan berdua menangis)), ((kalian laki-laki
menangis)), ((kalian perempuan menangis)), ((dia laki-laki menangis)), ((dia
perempuan menangis)), ((mereka berdua laki-laki menangis)), ((mereka berdua
perempuan menangis)), ((mereka semua laki-laki menangis)) dan ((mereka semua
perempuan menangis)).
[1] Dan itu merupakan bagian dari semantik (‘ilm
ad dilaalah). Dan … menunjukkan pada bahasa Amerika yang besar dalam
bukunya Language dengan istilah sememe. Prof. Ad Dawaakhily dan
Al Qashaash menerjemahkannya dari bahasa Prancis semanteme dengan((daal
al maahiyah)) (jamaknya: ((ad dawaal al maahiyah)). Lihat
contohnya di halaman 105 dari buku ((Al Lughah)) tulisan …….
[2] Prof. Ad Dawaakhily dan Al Qashaash menerjemahkan
kata morfem dalam bahasa Prancis dengan ((daal an nisbah)) (jamaknya:
dawaal an nisbah), lihatlah contoh halaman 105 dari buku ((al lughah))
tulisan …., dan lihatlah korelasi kita dalam …. Halaman 34, 35 dari buku ini.
Dr. Muhammad Manduur menerjemahkannya
dengan ((‘aamil ash shiigah)). Dan kita mendapati saat ini penetapan
kata ((morfem)), maka ia beserta ‘ajmatihaa memiliki maruunah
yang sangat besar dan perubahan dari ((daal an nisbah)) atau ((‘aamil
ash shiigah)).
0 Response to "Makalah Gramatika Deskriptif (An Nahwu Al Washfy)"
Posting Komentar