ANALISIS CERPEN PEREMPUAN DI MAKAM, KARYA : MUSTAFA ISMAIL
Sabtu, 06 April 2019
Add Comment
ANALISIS CERPEN
“PEREMPUAN DI MAKAM, KARYA : MUSTAFA ISMAIL”
Oleh : Ma’rup
a. Sinopsis
Cerpen ini dimulai dengan tokoh Aku yang melihat keadaan seorang perempuan yang depresi,
kemudian Heru saudaranya menjelaskan bahwa
setiap harinya peremuan itu berada di makam pada pagi sampai siang hari.
Ia selalu ditemani oleh seorang kucing selama beberapa tahun yang lalu.
Konon, ia suka pergi ke makam ada beberaa cerita yang berkebang di
masyarakat. Awalnya perempuan tersebut merupakan gadis yang cantik nan jelita,
ia selalu membantu ibunya yang membuka warung kopi sebagai tempat singgah para
awak truk. Kemudian salah satu dari awak tersebut mencintai perempuan itu,
cintanyapun disambut olehnya. Akhirnya keduanya menikah.
Singkat cerita, suatu malam datanglah kabar duka bahwa suaminya
meninggal secara tiba-tiba. Ia pun sangat terpukul dengan kabar tersebut.
Banyak keluarga dan handai taulan yang mensport dirinya, sampai kernet truk
suaminya sangat memberikan dorongan kepadanya sampai-sampai ia selalu membawa
oleh-oleh layaknya suaminya ketika
suaminya masih hidup. lama-kelamaan
mereka berdua saling jatuh cinta, dan mereka menjalin hubungan dengan
kernet tersebut. Namun, disuatu hari ia bermimpi suaminya yang telah meninggal
berkeadaan sangat memprihatinkan, sang suami memanggil-manggilnya. Setelah
kejadian itu, ia selalu ke makam suaminya seraya berdoa dan memohon maaf.
Setelah mendengar kisah tersebut, sang tokoh aku ingat akan cerita Miwa
Mah, yang bermimpi suaminya berada di hutan pandan. Dan akhirnya suaminya
ditemukan tewas disana.
Setelah beberapa sang tokoh Aku tak milehat perempuan tadi di makam
sampai hari-hari berikutnya. Sang tokoh
akupun pulang kembali kejakarta dengan anak dan istrinya. Namun, ditengah
perjalanan ia bermimpi perempuan tadi.
Lebaranpun tiba, tokoh Aku dan keluarganya pergi kemakam untuk ziarah,
dan akhirnya ia melihat perempuan itu lagi.
b. Pembahasan
Kisah “Perempuan Di Makam” karya Mustafa Ismail merupakan karya sastra
yang berbentuk prosa, tepatnya cerpen. Karena, cerita ini mengisahkan kisah
seorang manusia, dan juga kisah ini merupakan cerita yang lumayan pendek yakni
hanya tiga halaman, begitu juga cerita ini memiliki karakter, plot dan setting
yang terbatas dalam artian hanya beberapa karakter yang dimainkan yakni Tokoh
Aku, Perempuan dan Heru. Begitu juga setting, baik itu setting waktu yang hanya
pada pagi dan siang hari dan lebaran, dan jga setting tempat yang hanya di
makam, rumah Heru, dan kereta api. Hal ini mengacu pada definisi cerpen menurut
Sumarjo dan Saini KM. Cerpen (cerita
pendek) adalah cerita berbentuk prosa yang relatif pendek, artinya cerita
bentuk ini dapat dibaca sekali duduk dalam waktu kurang dari satu jam. Selain
itu, cerita bentuk ini hanya mempunyai efek tunggal, karakter, plot, dan
setting yang terbatas, tidak beragam, dan tidak kompleks. (Jakob Sumarjo & Saini KM : 1986).
Dalam cerpen ini juga, terdapat beberapa unsur-unsur intrinsik maupun
ekstrinsik yang ada dalam cerpen pada umumnya. Adapun analisis dari unsur-unsur
tersebut ialah sebagai berikut;
1. Unsur Intrinsik
-
Tema
Menurut Scharbach “Tema” berasal dari bahasa Latin yang berarti ‘tempat meletakkan sesuatu
perangkat’. Disebut demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu
cerita sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam
memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Lebih lanjut Scharbach
menjelaskan bahwa tema is not synonymous with moral or message… theme does
relate to meaning and purpose, in the sense.(Aminudin : 2010).
Untuk menentukan tema dalam sebuah cerpen, terlebih dahulu kita harus
mengetahui penggolongan tema sendiri, yang akhirnya kita dapat menentukan apa
tema inti dari cerpen tersebut.
Pada dasarnya penggolongan tema itu
terdapat tiga sudut pandang, yakni penggolongan dikhotomis, penggolongan
dilihat dari pengalamn jiwa, dan dari tingkat keutamaanya. (Burhan Nurgiyantoro
: 2010).
Adapun dari segi penggolongan dikhotomis, cerpen karya Mustafa Ismail
ini termasuk tema non-tradisional, karena cerpen yang terjadi itu diluar
sangkaan pembaca yang ketika pertama melihat judulnya dan setelah selesai
membacanya pemahaman terhadap cerpen ini akan berbeda. Disamping itu, cerpen
ini juga membawa beberapa reaksi efekitf bagi pembacanya, cerpen ini membawa
pembaca terheran-heran dengan keadaan si perempuan di makam tersebut. Hal ini mendasar dan sesuai dengan pengertian
tema nontradisional yaitu tema yang mengangkat sesuatu yang tidak lazim. Karena
sifatnya yang nontradisional, tema yang demikian, mungkin tidak sesuai dengan
harapan pembaca, bersifat melawan arus, mengejutkan, bahkan boleh jadi
mengesalkan, mengecewakan, atau berbagai reaksi efektif yang lain.(Burhan
Nurgiyantoro : 2010).
Kedua penngolongan dilihat dari tingkat pengalaman jiwa, yakni yang
mendasar pada tingkatan tema menurut Shipley, ada lima tingkatan tema menurut
Shipley, yakni (Burhan Nurgiyantoro : 2010) :
-
Tema tingkat fisik,
manusia sebagai (atau dalam tingkat kejiwaan) molekul,man as molecul.
-
Tema tingkat organik,
manusia sebagai manusia sebagai (atau dalam tingkat kejiwaan) protoplasma, man
as protoplasm.
-
Tema tingkat sosial,
manusia sebagai makhluk social, man as sociuos.
-
Tema tingkat egoik,
manusia sebagai individu,man as individualism.
-
Tema tingkat divine,
manusia sbagai makhluk tingkat tinggi, yang belum tentu setiap manusia
mengalami atau mencapainya.
Dari kelima tema tersebut, cerpen ini
termasuk dalam tema tingkat individual yakni tema tingkat egoik. Karena pada
dasarnya dalam cerpen ini tingkat ke-individualnya tinggi, terbukti dengan
sikap keacuhan sang perempuan itu, ia selalu menyendiri, menjauh dari
keramaian. Namun, disisi lain jika kita melihat pada tokoh Aku cerpen ini bisa
saja masuk pada tingkat sosial, yang mana sang tokoh Aku tingkat kepeduliannya
itu sangat tinggi, sehingga ia kembali ke pemakaman pada esok harinya hanya
untuk melihat perempuan tersebut.
Adapun penggolongan tema dari tingkat
keutamaannya itu ada dua. Tema Utama dan Tema Tambahan. Adapun tema mayor atau
tema utama nya ialah seperti penulis utarakan tadi yakni “Mitos Dalam Sebuah
Mimpi”, terbukti dari paragraf ke paragraf yang lain itu bahasannya mimpi yang
sering muncul. Dan mereka memperdebatkan tentang kebenaran dari sebuah mimpi
tersebut. sedangkan tema minor dalam cerpen ini ialah sebagai berikut;
-
Kesetiaan, hal ini
ditandai dengan setianya seorang istri yang ditinggal mati oleh suaminya, namun
kesetiaan itu hanya beberapa lama.
-
Keagamaan, tema
keagamaan ini, ditandai dengan sang tokoh aku yang berziarah, membaca surat
yasin, doa. Selain itu, terdapat kata-kata yang menunjukkan sikap tawakkal pada
Allah SWT, yaitu “kita boleh saja merasa kehilangan, tapi kita tidak boleh
selalu larut dalam duka. Kita harus kuat menerima kematian itu sebagai
kehendak-Nya”.
-
Kesedihan
-
Cinta
-
Budaya
-
Alur/plot
Pada dsarnya alur atau plot
sering jga disebut jlan cerita. Namun, terdapat perbedaan antara keduanya.
Adapun alur itu hanya merupakan sebuah jalan cerita, sedangkan plot merupakan
penggerak kejadian cerita yang didalamnya terdapat hubungan sebab akibat, dan
dapat menyebabkan kejadian lain (Jakob Sumarjo & Saini KM : 1986).
Dalam plot juga terdpat unsur-unsur yaitu ;
Ø Pengenalan, terdapat dalam wacana pertama, yakni
penceritaan perempuan yang sering ke makam suaminya setelah beberapa tahun yang
lalu.
Ø Timbulnya konflik, konflik timbul ketika suaminya
meninggal dunia ketika dalam perjalanan pulang dari Sumatra ke Jawa.
Ø Konflik memuncak , Setelah beberapa lama suaminya
meninggal ia menjalin percintaan dengan kernet truk suaminya..
Ø Klimaks, adapun klimaksnya ialah suatu malam ia
bermimpi suaminya yang memanggil-manggil dirinya.
Ø Ending, ia setiap hari pergi ke makam suaminya
mendoakan dan memohon maaf.
Adapun alur yang digunakan dalam cerpen
ini ialah alur flashback, yaitu alur mundur, karena cerita ini menggunakan alur
mundu.
-
Setting
Setting merupakan tempat atau terjadinya cerita. Setting itu terbagi
menjadi tiga;
a.
Setting
waktu, adapun setting waktu yang terjadi dalam cerpen ini ialah Pagi, siang,
lebaran, tujuh tahun yang lalu.
b.
Setting
Tempat, tempat yang ada dalam cerpen ini yaitu ; makam, rumah heru, warung
kopi, kereta api.
c.
Setting
Suasana; hening, sepi, mengkhawatirkan dan menakutkan.
-
Penokohan
Mnurut Abrams, tkoh crita yaitu orang yang ditampilkan dalam suatu
karya naratif, drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas mral dan
kecenderungan tertentu yang dieksprsikan dlam ucapan dan apa yng dilakukan dlam
tindakan. (Burhan Nurgiyantoro : 2010).
a. Tokoh Aku ; agamis, serba ingin tahu, baik,
perhatian dan sering khawatir.
b. Tokoh Perempuan ; pemurung, pendiam, mudah
mencintai, mudah depresi.
c. Heru; serba tahu, terbuka, penyabar, seriusan.
-
Amanat
Amanat/pesan moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh
pengarang kepada pembaca. Amanat merupakan makna yang terkandung dalam sebuah
karya yang disampaikan lewat cerita. Amanat
atau pesan moral pda umumnya mempunyai pengertian sbagai ajaran tntang
baik buruk yng diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi
pekerti sbg. Moral dlam karya sastra bisanya mencerminkan pndangan hidup
pengarang tntang nilai-nilai kebnaran. (Burhan Nurgiyantoro : 2010).
Adapun amanat dalan cerpen ialah ;
a. Jangan terlalu percaya dalam sebuah kebenaran
mimpi.
b. Jangan terpuruk dalam kesedihan.
0 Response to "ANALISIS CERPEN PEREMPUAN DI MAKAM, KARYA : MUSTAFA ISMAIL"
Posting Komentar